Kali ini kesempatan kali pertama dapat kembali turut tarawih Ramadhan di Masjid Merdeka. Masjid kebanggaan masyarakat muslim ibukota, banhkan Indonesia. Kali ini terasa lebih istimewa dikarenakan pertama kali pula bertarawih di masjid yang diarsitekturi seorang Katholik ini, tarawihan satu keluarga utuh. Terutama kali ini merupakan pengalaman pertama kali bagi anak-anak kami, Radya dan Nadya.
Dulu tatkala pertama kali kecemplung di ibukota dan tinggal di bilangan Tanah Abang, hampir di setiap malam Ramadhan menyempatkan diri untuk turut tarawihan di Masjid Merdeka ini. Meskipun bacaan suratnya panjang dan menjadikan durasi waktu tarawih 11 rakaat lama, namun menyimak dan mendengarkan para imam yang fasih dan hafiz Qur’an menjadi sensasi kenikmatan tersendiri. Mungkin juga waktu itu benar-benar tidak memiliki tanggungan hal lain sehingga waktu terasa longgar.
Rangkaian ibadah tarawihan di masjid ini masih sama, taka da yang berubah. Seusai sholat Isyak, dilantunkan bacaan ayat-ayat Al Qur’an beserta sari tilawahnya. Selepas itu diisi dengan tausiyah atau santapan rohani oleh para ustadz, ustadzah, maupun para kyai ternama. Barulah setelah itu rangkaian shoat tarawih dimulai. Ada dua gelombang sholat tarawih dengan dua orang imam yang berbeda. Gelombang pertama, sholat tarawih 8 rokaat dan 3 sholat witir. Gelombang ke dua, sholat tarawih 8 rakaat, jeda sejenak di saat pengikut tarawih 11 rakaat melaksanakan sholat witir. Barulah dilanjutkan sholat hingga 20 rakaat yang ditutup dengan witir tiga rakaat.
Dengan dipimpin seorang imam yang fasih dan hafidz Qur’an sudah pasti pilihan bacaan surat pada setiap rakaatnya juga memilih ayat atau surat-surat yang Panjang.