EMPAT HARI TIGA MALAM BERTUALANG KELUARGA KE PENANG (14)
Penang banyak dinyatakan oleh para traveler sebagai salah satu surga kuliner. Tak tanggung, tidak sedikit bahkan yang menyatakan sebagai salah satu tempat terbaik untuk berburu kuliner di Asia Tenggara. Bagi yang belum pernah merasakannya, mungkin akan langsung ngiler dan penasaran dengan sederetan menu kuliner khas, mulai dari nasi ulam, onde-onde Penang, chi cong fun, pulut tai tai, char koay kak, putu mayam, ban chang kuih, nasi kandar, asam laksa, murtabah, es kacang Penang, hingga Penang es cendol dan untitle soup. Nah kan!

Nasi lemak, nasi gurih dengan porsi mirip nasi kucingnya Jogja
Berkunjung ke suatu kota, tentu tidak lengkap tanpa sempat menikmati sajian kulinerannya. Untuk urusan wisata kuliner, keluarga kami bukanlah tergolong yang sangat menikmati acara kulineran. Mungkin dikarenakan anak-anak masih tergolong bocah yang tidak terlalu mudah untuk mencobai menu makanan yang sama sekali baru atau belum pernah dirasakannya. Terutama si Thole, ia paling fanatik dengan lele goreng dengan sambel pecelnya. Dengan demikian, kulineran di tempat bertualang ya hanya sekedar kami kenal sebagai sebuah “kewajiban” untuk mengisi perut dalam rangka mensuplai tenaga.
Demikian halnya yang kami alami ketika di Penang. Dari sekian recommended menues yang banyak diulas para traveler yang pernah mengunjungi Penang hingga menjuluki Penang sebagai surga kulineran, tetap tidak mengusik pendirian anak-anak. Namun beberapa menu makanan pinggir jalanan tak ayal sempat pula menjadi menu makan malam ataupun sarapan kami.

Tiga lembar roti canay india khas Penang pesanan si Ponang
Ketika kami “kemalaman” mengunjungi Chowrasta market. Secara spontan saja kami mampir ke sebuah warung tenda di pinggiran jalan. Amang-amang, demikian orang Malaysia menyebut kedai tenda tersebut. Si Thole dengan semangat memesan roti canay. Ibunya anak-anak ingin murtabah alias martabak telor. Saya sendiri ingin merasakan mie goreng dan nasi lemak. Mengingat hari telah lewat gelap, pesanan kami sengaja dibungkus sebagai menu makan malam di hotel. Secara kebetulan, lokasi Gurney Hotel and Residence lumayan “terisolasi” dari kawasan kuliner jalanan. Jadi mbungkus makanan memang jadi lebih praktis.

Murtabah, martabak telurnya Pulau Penang
Meskipun sejatinya turut penasaran dengan menu khas yang lain, namun beberapa menu yang kami pesan tersebut lumayan mengibati keinginan berkuliner ala jajanan di pinggir jalanan. Pengalaman dari berbagai daerah dan negara yang pernah kami kunjungi selama ini, menu kulineran ala pedestrian food jauh lebih “mirasa” dibandingkan menu di restoran di mall maupun di hotel. Tak jarang kami sama sekali sengaja menghindari sarapan pagi di meja restoran. Sepo nan hambar, demikian kesan kami dengan makanan ala hotel.

Menu makam malam terakhir di Penang: nasi lemak, mie goreng, martabak, dan roti canay. Mak nyus…
Berkunjung di Penang, di negeri Malaysia, sebenarnya kami ingin merasakan nasi kandarnya Penang. Namun keberadaan kuliner jajanan pinggir jalanan yang sepertinya nyaman untuk berkuliner ria ya di sekitar pusat kota Georgetown. Sayangnya pada kunjungan kali ini kami hanya selintasan saja menjelajah kawasan kota tuanya Penang tersebut. Lain kali semoga bias berkesempatan lagi menikmati Penang lengkap dengan aneka ragam menu kulineran khasnya.
Kulon Balairung, 28 Januari 2019
Ngiler banget nih liatnya
SukaSuka
monggo mas Yusri, makasih berkenang singgah…
SukaDisukai oleh 1 orang