EMPAT HARI TIGA MALAM BERTUALANG KELUARGA KE PENANG (6)
Apa beda tidurnya orang suci dengan orang awam? Orang suci yang tidur, atau lebih tepat sekedar tiduran, bahkan hanya sekedar patungnyapun, ternyata mengundang banyak orang untuk mengunjunginya. Mungkin Anda bisa langsung paham dengan patung orang suci dalam posisi tiduran yang saya maksudkan? Yups, benar sekali dialah Sang Sidharta Budha Gautama. Tentu tidak hanya ummat Budha sebagai penganut setia ajarannya, kalangan traveler secara umum kiranya tahu tentang Patung Budha Tidur alias Reclining Budhist. Salah satu Patung Budha Tidur yang berukuran raksasa ada di Pulau Penang.

Radya Nadya di depan patung Budha tidur saat di Penang
Adalah sebuah bangunan peribadatan suci dengan gerbang gapura bertuliskan Wat Buppharam Buddhist Temple, berada di Jalan Lorong Burma, Kawasan Pulau Tikus, Georgetown. Bangunan ini tepat berseberangan dengan Dharmikarama Burmese Buddhist Temple. Kedua bangunan suci Budha yang berhadapann ini paling sesuai dikunjungi di pagi hari tatkala rutinitas ibadah belum dimulai. Pengunjung dapat lebih leluasa untuk mengeksplorasi dan menikmatiĀ keheningan serta kekhidmatan suasana kuil. Untuk mencapai Lorong Burma, dari terminal Utama Komtar, kita dapat menggunakan bus RapidPenang antara lain jalur 101, 102, ataupun 103.
Berbeda dengan Burmese Temple di depannya yang memiliki area kawasan yang luas dan penuh dengan berbagai bangunan berciri arsitektur Burma yang mirip dengan Thailand, di area kuil Budha ini sebenarnya tidak sebegitu luas. Namun pelataran luas yang langsung terakses dari gerbang utama dan jumlah bangunan yang tidak terlalu banyak memberikan kesan area yang sungguh luas terhampar.

Pelataran depan dan jalur utama ke ruang Budha Tidur
Bangunan utama sebagai bilik tempat Budha tiduran sebenarnya dari sisii arsitektur tidak terlalu istimewa. Sebuah bangunan membujur berbentuk kotak biasa berwarna krem dan beratap limas berbahan seng warna merah. Dari sisi bentuknya, bangunan tersebut tidak berbeda dengan sebuah Gudang besar. Namun di pelataran sebagai akses pintu masuk ke bangunan utama berjajar dua pasang naga hijau dan kuning bersirip emas yang sungguh menakjubkan. Ada pula dua buah atung berukuran tinggi besar yang seolah menjadi penjaga agar tidak ada yang mengganggu tidur Budha.

Nadya melintas lantai bermotif untaian bunga teratai merah muda
Untuk memasuki ruang utama dimana Budha tiduran terdapat tiga pintu besar berilar lebar dan empat pintu berukuran lebih kecil. Untuk menjaga kesucian dan sebagai bentuk penghormatan keberadan ruang ibadah ummat Budha ini, setiap pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki dan menempatkan pada rak-rak yang telah disediakan. Menapaki ruang utama kaki pengunjung akan langsung bersentuhan dengan ubin berbahan porselin berlatar warna hijau dengan rangkaian bunga teratai berwarna merah jambu yang sangat menyejukkan.

Budha tiduran dengan santai di atas altar utama
Tepat di tengah ruangan, terdapat meja-meja altar tempat persembahan dan doa dipanjatkan. Altar tersebut berderet memanjang seolah menjadi alas sekaligus pagar bagi alas tempat tidur Sang Budha. Masuk dan berada di hadapan Budha yang tengah tiduran, pengunjung diperkenankan untuk melihat, mengamati, bahkan memotret Budha. Namun demikian pengunjung harus senantiasa memelihara keheningan, kekhidmatan, dan ketenangan ruangan.
Budha Gautama, penghulu Utama ummat Budha, adalah sosok sederhana yang senantiasa hidup penuh kesederhanaan. Segala kemewahan istana dan dunia rela ia tinggalkan demi meraih ketenangan dan ketentraman hidup. Sikap demikian sangat tercermin dari sosok patung Budha yang tengah tiduran dengan santai berbantalkan sebelah lengan tangannya. Demikian halnya dengan rambut yang digelung ringkas, serta selembar jubah yang dikenakannya.
Budha Tidur yang ada di Pulau Penang dengan Panjang tubuh 33 meter ini konon telah terbaring semenjak tahun 1845. Dengan ukuran yang luar biasa tersebut patung Budha Tidur ini merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Menyaksikan seorang Budha Gautama yang tengah tiduran dengan tenang dan santai, saya teringat sebuah ajaran dalam agama Islam dimana tidurnya seorang alim alias orang yang berilmu jauh lebih ditakuti setan dan iblis daripada ibadahnya ratusan orang yang tidak dilandasi dengan ilmu. Ilmu adalah salah satu pakaian dari orang mulia, dan orang suci tentunya juga merupakan orang yang berilmu.
Kulon Balairung, 10 Januari 2018
Penuh nuansa relijius..
SukaSuka
betul mas, suasananya tenang dan menentramkan…
SukaDisukai oleh 1 orang
Ping balik: Masjid Negeri, Masjid Bundar di Pulau Penang | Sang Nananging Jagad