Demi mendengar sang khatib Jumát menyebutkan aspek spiritual dan aspek sosial sebagai dimensi dari ibadah Qurban di minggu lalu, si Noni langsung bangkit rasa ingin tahunya. “Aspek ki opo to Pak? Aspek kui lho! Opo?….Opo?” si Noni langsung memberondongkan pertanyaan. Memang tidak hanya sekali-kali si Noni turut ikut Jumatan Bersama saya dan mamasnya.
Saya yang ditanyai justru menjadi serba salah dan pekeweuh. Mau menjawab kok pas sedang Jumátan dan khatibnya sedang berkhutbah. Tidak dijawab kok sangat kasihan melihat si Noni merengek-rengek. Bahkan ketika dikode untuk diam dulu, si Noni semakin melotot dan semakin keras, “Opo Pak? Opo? Aspek kuwi lho Pak, opo?”
Akhirya untuk sedikit ngeneng-nengi dan ngayem-ayemi si Noni, saya menjawab setengah berbisik, “Yo, ngko tak jelaske nek wis rampung.“
Di samping pekewuh dan serba nggak enak untuk menjelaskan perkara “aspek” tersebut di saat Jumatan tengah berlangsung, sejujurnya saya sebenarnya antara bingung dan pusing pula njuk gimana caranya memberikan penjelasan kata “aspek” kepada anak wedhok yang baru empat tahun tersebut. Seorang bocah yang masih lugu nan lucu, tapi penuh rasa ingin tahu. Bukan persoalan mudah memang untuk berbicara terlebih menjelaskan kata-kata yang bagi orang dewasa biasa-biasa semata.
Hingga hari ini pertanyaan si Noni tersebut masih tertunda jawabannya. Entah suatu ketika jikalau si Noni ingat dan kambuh rasa ingin tahunya untuk memahami kata aspek, entah jurus apa yang mesti saya kerahkan. Mungkin diantara sedulur pembaca yang budiman punya gagasan yang cemerlang? Nyuwun sarannya nggih. Monggo.
Tepi Merapi, 28 Agustus 2018
Aspek yang penting dalam sholat Jum’at adalah menjaga kesempurnaan ibadah, salah satunya dengan tidak berbicara saat khotib berkhutbah.
Nah, lalu apakah aspek itu? Jawab saja faktor, Mas. Insya-Allah anak wedhok tambah puyeng… he he he.
SukaSuka
nah itu dia gerangannya…..
SukaSuka