“Bisnya tua, sopirnya tua, kernetnya tua dan rata2 penumpangnya pun tua, ” demikian ungkapan istri saya di hari kemarin ketika berkesempatan kembali menumpang engkel Muntilan-Magelang dan kemudian bis AKAP Magelang-Jogja.
Bicara mengenai usia manusia memang teramat susah untuk memastikannya. Bagaimanapun soal kematian manusia memang sudah menjadi rahasia-Nya. Tidak mesti selalu yang sudah tua yang menemui kematian terlebih dahulu, yang muda bahkan usia anak-anakpun tidak sedikit yang menemukan ajalnya mendahului keluarganya yang lebih tua.
Lain manusia lain lagi dengan barang buatan manusia. Katakanlah contoh kendaraan bis di atas. Semakin usia bis bertambah tua, sudah dapat dipastikan keausan dan kerusakan akan beriring menuju ke masa habis pakainya. Inilah titik kematian bagi barang buatan manusia.
Bis tua, berarti bis yang semakin mendekati masa uzurnya. Bis yang sudah banyak penyakitnya. Sering masuk angina, sering rewel, sering turun mesin, dan pastinya sering keluar-masuk bengkel. Bis tua adalah cermin lambannya peremajaan sarana transportasi umum di negeri ini. Alih-alih dilakukan peremajaan secara terencana dan terkelola dengan baik, sebagian besar bis armada angkutan umum antar kota kita semakin terpinggirkan nasibnya. Hal ini tentu saja menjadi cermin nyata akibat semakin enggannya warga masyarakat kita untuk berkendaraan umum. Berbagai sebab dan persoalan akut tentu saja dapat digali dari fenomena ini.
Bis tua, sopir tua dan kernetnyapun juga tua. Kedua fenomena ini merupakan fakta yang memperlihatkan bahwa profesi sopir dan kernet bis angkutan umum semakin sedikit diminati oleh generasi muda. Sopir tua dan kernet tua itupun merupakan sisa-sisa masa silam yang masih tetap berusaha untuk bertahan mempertahankan dapurnya tetap ngepul. Demi anak-istri, atau mungkin demi menghidupi cucu-cucunya. Kenapa profesi sopi ataupun kernet tidak diminati generasi muda. Mungkin sebab utama ya karena semakin lesunya angkutan umum yang berdampak langsung terhadap sepinya penghasilan atau pendapatan kru yang bersangkutan.
Sudah bis tua, sopir-kernetnya tua, e lha kok masih ditambah lagi dengan para penumpang alias pengguna jasa angkutan umum yang juga tua-tua. Tubuh tua, raga renta membatasi gerak aktivitas manusia lanjut usia. Berkendaraan sendiri, entah roda dua ataupun roda empat hanya akan menambah kelelahan tubuh rentanya. Harus berkonsentrasi penuh, harus hati-hati, disiplin di sepanjang perjalanan adalah sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan di usia senja. Bagi orang yang sudah lanjut usia tentu akan lebih nyaman bepergian dengan tinggal naik bis, duduk manis, bahkan terkadang dibonusi tidur sepanjang perjalanan dan sampai selamat ke tempat tujuan. Sluman, slumun, dan pastinya slamet.
Bis tua, sopir tua, kernet tua, dan penumpang tua adalah cermin jaman. Yang muda biasa dengan kosakata cepat, tangkas, bahkan gas-gasan sementara yang tua masih setia dengan semboyan alon-alon waton klakonnya. Bis tua, sopir tua, kernet tua, dan penumpang tua adalah cermin betapa semakin memprihatinkannya masa depan system transportasi umum antar kota antar provinsi di negeri ini. Peremajaan bis, mungkin berlaku untuk armada bus malam maupun bis kota. Tetapi untuk bus umum antar kota seakan tinggal menuju masa redup dan kemudian kematiannya.
Bis old jaman now, adakah ada pihak-pihak yang memperhatikan nasib dan masa depannya? Semoga ini hanya pikiran ngawur saya saja, dan semoga pemerintah lebih memperhatikan hal ini.
Tepi Merapi, 19 Maret 2018
Gambar dipinjam dari halaman FB istri di sini.
Tetapi angin segar di kota kota besar macam jakarta dan surabaya. Bus kota selalu diperbarui, penampakannya cantik cantik, mesin baru, desain baru, wajah baru,dan tentu saja cat denga corak kampanye yg eye catching. “Ayo naik bis, atasi macet”, dll. Naik komuter di kota besar makin menyenangkan. Ada moda kereta komuter, bus kota dengan jalur khusus, ada ojek online, taksi online, dll. Asyik. Tapi kabar buruknya adalah bus tua dari kota “dibuang” ke desa desa untuk terus dipakai sebagai tanda menurunnya perikemanusiaan bagi penggunanya. š
SukaSuka
Semoga warga mau beralih ke moda transportasi umum tsb. Di Jogja, bus Transjogja masih baru-baru tetapi busnya lebih sering sepi penumpang. Hanya di jam pagi dan sore saja agak rame.
SukaSuka
Iya kasian jogja. Apa rute bisnya kurang strategis ya. Atau memang masyarakatnya belum siap.
SukaSuka
mungkin lebih karena efek mudah dan murahnya kredit kendaraan pribadi, bahkann di kalangan mahasiswapun sangat jarang yang mau menggunakan kendaraan umum…
SukaSuka
Nice info kang. Have a nice being commuter
SukaSuka
jadi kepengen naik bus ke yogya
SukaSuka
Ya Om Jay, menikmati perjalanan yang lebih santai dan tidak tergesa ya dengan bus…
SukaDisukai oleh 1 orang