Remang malam di latar foto berikut adalah punggung Gunung Sumbing. Seingat saya waktu itu sekitar bulan Sya’ban, malam-malam menjelang Ramadhan sebagaimana hari-hari ini. Kami bersama-sama dengan kumpulan remaja setempat dan tentu saja lengkap dengan kaum bapak-ibunya tengah rehat selepas menggelar ritual untuk meresmikan sebuah perpustakaan desa yang teramat sederhana. Sebuah gerakan kecil yang dirintis atas kerja sama PMII Cabang Magelang, Pattiro Regional Magelang, dan Komunitas Blogger Pendekar Tidar. Ya, itulah rekaman mengenai Ngampon. Sebuah dusun di ujung kaki Sumbing.
Adalah tekad kuat Kang Rojiun yang waktu itu sangat menggebu-gebu untuk merintis sebuah perpustakaan bagi warga desanya yang tergolong tinggal di daerah terpencil. Gayungpun bersambut ketika kami berkumpul di Alun-alun Magelang. Dengan tenaga dan kemampuan seadanya, kamipun turut menyingsingkan lengan baju untuk bersama-sama menggalang pengumpulan buku-buku bekas yang tentu saja masih layak baca. Dan dalam sebuah pengajian sederhana, malam itu diresmikanlah Perpustakaan Ulil Albab oleh pamong setempat.
Dalam salah satu sesi sambutan, sayapun sempat kedhapuk untuk turut naik panggung. Tentu saja saya hanya sekedar mewakili teman-teman yang malam itu berkesempatan naik gunung. Membaca adalah jendela dunia. Meskipun tinggal di pucuk gunung yang terpencil, namun Kang Rojiun dan teman-temannya memiliki tekad untuk mengembarakan pikirannya ke penjuru dunia. Dan buku bisa menghantarkan keinginan itu.
Hmmm, sudah sekian lama kami tidak menyambangi Ngampon. Kami berharap langkah kecil yang dulu sudah sempat dimulai kini mulai menghasilkan buahnya. Malam ini saya kembali mengenangkan Ngampon. Adakah waktu dan kesempatan akan terbentang untuk kembali menyapanya? Semoga….
Ngisor Blimbing, 21 Mei 2017
Tulisan terkait di sini.
Ngempon, Dusun yang asri tampaknya. Pingin sekali kalau pas.di Magelang bertanding ke dusun ini.
SukaSuka
wah lha monggo kerso pinarak Pake, saya yakin Kang Rojiun dan warga setempat akan menyambut dengan hangat.
SukaSuka