Manusia dan alam adalah kesatuan yang tidak akan pernah bisa dipisahkan. Seseorang yang sudah terlalu lama tenggelam dalam aktivitas di pusat peradaban kota tentu dalam titik jenuhnya menjadi sangat merindukan alam. Maka betapa sumringahnya mereka ketika benar-benar berkesempatan untuk menyambangi, bahkan menyatu kembali dengan alam. Back to nature!
Ketika pada suatu saat menyatu dengan alam, kita akan kembali menyelami keindahan alam, kesejukan alam, keelokan alam, keluasan alam, dan dengan itu semua mengantarkan ruh, jiwa, serta raga kita untuk mengagumi keagungan ciptaan Sang Maha Pencipta Alam Raya, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak hanya sampai titik mengagumi, bahkan kita akan benar-benar merasakan kehadiran-Nya dalam setiap detak nadi dan desah nafas kita. Inilah titik dimana kita berpasrah diri untuk mengungkapkan “Aku cinta pada-Mu”.
Alam dan Tuhan, alam dan aku hamba-Nya, aku dan Allah. Antara Allah, aku, dan alam adalah kenyataan yang senantiasa didamba nurani manusia. Terngiang lirik cantik sebuah lagu dari Sawoeng Jabo dan Sirkus Barock-nya, “Para Penjelajah Alam”.
Akulah si penjelajah alam
Kudaki lereng dan batu karang
Dengan bernyanyi aku melangkah
Melewati sungai serta padang ilalang
Dingin malam dan bintang di langit
Semuanya adalah temanku
Bila pagi telah memanggilku
Aku berseru dan memanggil namaMu
Ooh… Tuhan… Oh Tuhanku
Aku cinta PadaMu
La la la la la la la la la la 4x
Adakah diantara panjengan yang belum mendengar gita Para Penjelajah Alam? Atau mungkin bagi Anda yang ingin kembali menyelami keagungan alam namun belum bisa melakukan karena satu dan lain hal, setidaknya lagu tersebut akan sedikit mengobati rasa rindu kita, rasa rindu manusia kepada alam, dan juga kepada Tuhan. Monggo nikmati link di sini Para Penjelajah Alam.
Mangkubumi, 9 November 2016