Sebagai orang tua dari anak-anak yang dititipkan Tuhan kepada saya, saya termasuk kelompok orang tua yang berprinsip bahwa “bocah kudu dolanan, bocah dudu dolanan“. Anak harus bermain, anak bukan barang mainan. Tentu saja kata main atau bermain yang saya maksudkan tidak setara dengan kata game. Karena ketidaksetaraan antara kata bermain dengan game ini, saya lebih suka menggunakan kata dolanan untuk menggantikan kata bermain.
Lebih daripada sekedar permaian ala bocah untuk mendapatkan kesenangan dan keceriaan bersama teman-teman sebayanya, dolanan lebih daripada sekedar permainan. Dolanan menyimpan seribu satu energi atau muatan positif yang secara metodologis-empiris diciptakan oleh nenek moyang kita sebagai wahana pendidikan jati diri. Character building istilah kerennya. Metode inilah yang kini banyak dikembangkan oleh berbagai pihak, belajar sambil bermain. Belajar sambil bermain mungkin lebih pas dipahami sebagai dengan melakukan berbagai dolanan, anak-anak juga bisa belajar banyak hal. Sambil menyelam, apa salahnya jika sekaligus minum air. Sambil bermain juga melakukan pembelajaran.
Inti dari sebuah dolanan adalah keceriaan dan kegembiraan karena hal tersebut memang warna khas dunia anak. Dalam suasana ceria dan gembira, anak-anak dapat menemukan sebuah suasana kenyamanan. Rasa nyaman ini menjadi syarat mutlak untuk melakukan berbagai hal dengan berhasil atau mencapai tujuannya. Maka tidaklah mengherankan jika metode pembelajaran yang dirancang dewasa ini juga berlandaskan bagaimana menciptakan suasana pembelajaran riang, gembira dan berujung dengan nyaman. Peserta didik yang diliputi kenyamanan saat belajar tentu akan lebih berpeluang untuk menyerap berbagai pengetahuan dan ilmu yang diajarkan.
Saya rasa kita bisa menyebutkan banyak macam dolanan bocah mulai yang tradisional hingga modern yang sangat mendidik karakter anak-anak. Beberapa pernah saya bahas, mulai dari mil-milan potongan lidi, betengan, gobak sodor, congklak, petak umpet, patangan, dan lain sebagainya. Di samping berbagai jenis dolanan tradisional yang telah ada sejak jaman nenek moyang, di jaman sekarangpun banyak jenis permainan modern yang dirancang mampu sekaligus melakukan proses pembelajaran. Beberapa contoh diantara adalah berbagai aktivitas pembelajaran di alam terbuka, termasuk sekolah alam.
Berbicara mengenai sebuah komunitas yang menggagas pengembangan minat-bakat anak-anak berbasis alam, tidak berlebihan jika saya menyebut Komunitas Kandank Jurank Doank. Komunitas yang digagas oleh Dik Doank ini berlokasi di daerah Jurangmangu, Bintaro, Tangerang Selatan, tepatnya berada di Kampung Sawah Indah.
Didorong oleh sebuah keprihatinan Dik Doank terhadap dunia pendidikan formal yang justru kurang memberikan ruang ekspresi minat-bakat anak-anak secara memadai, berdirilah komunitas ini lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Bagi seorang Dik Doank, tumbuh kembangnya seorang anak untuk menjadi manusia yang sejati harus dimulai dengan mengenal diri sendiri dan mengenal alam. Dengan mengenal diri sendiri dan mengenal alam, seorang anak manusia akan terbimbing untuk mengenal dan mendekat kepada Tuhan. Dan jika setiap langkah manusia sudah terbimbing di jalan Tuhan, pastilah segala perbuatannya akan menuju kepada kemuliaan. Dunia yang indah, damai, dan tenteram tentu bukan sebuah keniscayaan lagi untuk menjadi hadir secara nyata.
Basecamp Komunitas Kandank Jurank Doank merupakan sebuah sanggar milik pribadi Dik. Menempati sebuah tanah riimbun dengan berbagai pepohonan yang tertanam dan tertata rapi serta langsung menghadap ke area persawahan terbuka menjadikan sanggar ini terasa sejuk bin adem ayem. Siapapun yang datang di tempat tersebut akan merasakan betapa udara yang bersih disertai dengan lembutnya desiran angin pinggiran desa menghadirkan rasa hening yang membawa ketentraman tersendiri.
Memasuki gerbang terdepan, tersedia pekarangan parkir beralaskan conblock berlubang yang ditanami rerumputan hijau dengan konsep biopori. Di sisi kiri parkiran berderet warung-warung unik dengan aneka jajanan yang dapat dimanfaatkan para pengunjung untuk sekedar ngopi, ngemi ataupun makan. Ada berbagai menu pilihan, mulai dari bakso, mie ayam, juga pecel lele. Di sisi barat parkiran, berdiri beberapa gasibo atau pondok-pondok terbuka bergaya bangunan tradisional khas jawa dengan hiasan motif ukir jepara yang sangat eksotik. Di sudut deretan pondok berdiri sebuah pondok bertingkat yang biasa difungsikan sebagai mushola. Ruang bawah mushola merupakan toilet yang dikonsep terbuka ke alam di lereng yang menghadap sungai dan sawah-sawah.
Dari sisi parkiran menuju sanggar utama dibatasi dengan lapangan rumput hijau yang biasanya digunakan untuk berbagai aktivitas. Di sebelah barat lapangan berdiri megah sebuah panggung terbuka untuk berbagai cara pentas. Di sisi kiri panggung tersebut, berderetan ruang-ruang terbuka dengan deretan bangku-bangku kayu ataupun glondongan kayu yang difungsikan untuk menggelar workshop-workshop. Deretan ruang ini selanjutnya menghubungkan ke sisi sudut barat laut yang dirancang sebagai sebuah panggung terbuka berbentuk setengah lingkaran berlatar petakan-petakan sawah yang mengesankan kita benar-benar sedang berada di tengah alam.
Lalu aktivitas apa saja yang ada di Kandank Jurank Doank? Sekolah alam? Sekolah alam memang menjadi rutinitas utama di sini. Para peserta sekolah alam berasal dari berbagai kalangan dan digratiskan.Uniknya untuk bisa menjadi peserta kelas sekolah alam, anak-anak diharuskan lulus tes awal dengan menggambar burung garuda Pancasila. Bagus tidaknya sebuah gambar tidak terlalu penting, tetapi originalitas ekspresi rasa kejujuran menjadi poin utama penilaian.
Di samping sekolah alam, ada pula sesi melukis yang digelar rutin setiap minggu pagi. Kelas ini bebas diikuti oleh anak-anak manapun secara gratis, bahkan semua peralatan dan perlengkapan melukis juga disediakan. Ada lagi sesi seni musik. Salah satunya adalah kelas pelajaran musik jaz yang diasuk oleh Mas Beben dari Komunitas Jaz Kemayoran. Sang pelatih adalah musisi jaz kakak kandung Dik Doank yang sering malang melintang di JakJazz ataupun JavaJazz Festival. Terakhir, bahkan ia menggelar Indonesia Jazz Festival.
Di samping kelas musik jaz, pembelajaran bakat musik anak-anak juga diwadahi dalam kelompok Kaleng Rombeng. Kelompok ini merupakan kelompok perkusi yang menggunakan berbagai kaleng, ember, drum, tong dan berbagai macam botol namun mampu menghasilkan harmoni musik yang sangat unik. Di sinilah sisi kreativitas tidak harus terhalangi oleh keterbatasan sarana penunjang.
Masih ada apa lagi? Outbond ada? Tentu saja di Kandank Jurank juga menggagas aktivitas outbond. Berbagai permainan yang langsung dilakukan di alam terbuka sangat dimintai anak-anak. Ada flying fox, mandi lumpur hingga tanam padi dan memandikan kerbau. Intinya berbagai aktivitas yang menyatukan jiwa raga anak-anak kita dengan alam dan kemudian dengan Tuhan terus dikembangkan di Kandank Jurank Doank. Bahkan ada pula sesi pengajian akbar yang dikenal dengan Majelis Sajadah yang digelar secara tentatif.
Ingin lebih mengenal Komunitas Kandank Jurank Doank? Silakan datang sendiri ke Kampung Sawah Indah, Jurangmangu tersebut.
Ngisor Blimbing, 3 Januari 2015