Namanya juga jaman kalabendu. Jaman edan, dunia penuh kegilaan. Segala aturan, tata nilai, norma, pranata, dan juga segala bentuk keteraturan sudah sasar-susur, jungkir balik, berantakan, berserakan. Bubar bin mawut tidak karuan. Yang salah bisa dianggap benar atas nama suara terbanyak. Yang benar justru dipersalahkan jika tidak berani untuk bersikap wani piro. Yang baik kadang tersamar dan lebih nampak sebagai suatu keburukan. Sebaliknya yang buruk justru diagungkan secara berjamaah menjadi sebuah nilai kebaikan baru atas nama kebersamaan. Inilah negeri Nusantara saat ini. Negeri gonjang-ganjing terombang-ambing dalam masa goro-goro.
Bayangkan saja sedulur! Belum negeri yang apunjung wukir, subur-makmur gemah ripah loh jinawi ini bising dengan gegap-gempita dan hingar bingar pesta demokrasi oleh berbagai arak-arakan pawai jalanan, kemudian disusul gugat-menggugat sengketa hasil pesta, kini di masa transisi rejim penguasa, dan juga isu-isu meresahkan mengenai ISIS, justru rakyat dipusingkan dengan urusan pembatasan BBM bersubsidi.
Lho ada to BBM bersubsidi. Ya asal BBM yang dimaksudkan bukan black berry massenger, ya jelas ada to! Ya nggak? Of course, kita sedang ngobrol soal kelangkaan bahan bakar minyak, khususnya premium bersubsidi yang memang dibatasi menurut pemerintahan yang tinggal memerintah untuk beberapa hari ke depan ini. Simak saja berita-berita terkini yang paling hangat dan menjadi headline. Isu soal BBM ini seolah sudah menggeser isu berita mengenai gugatan pilpres maupun ISIS.