Hal yang paling berkesan berkaitan dengan keikutsertaan kami dalam gelaran Kopdar Blogger Nusantara 2013 di Jogjakarta kemarin adalah interaksi dan keakraban suasana pada saat menginap di Suharjiyo Home Stay. Suharjiyo Home Stay merupakan salah satu rumah warga Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.
Selepas kelelahan jiwa dan raga selama sepanjang hari penuh mengikuti rangkaian acara di Rumah Budaya Jogloabang, tepat di pinggiran barat Selokan Mataram Desa Tlogoadi, hal yang paling didambakan oleh para peserta kopdar adalah sekedar meluruskan tulang punggung sambil menelentangkan kedua kaki, meskipun hanya sekedar beralaskan tikar atau bahkan lantai sekalipun. Rasa penat seharian memang harus dituntaskan dengan tenggelam dalam kehikmatan istirahat yang tercukupi.
Setibanya di gaerbang Gapuro Tembi, selepas sejenak berbasa-basi dengan registrasi, saya diantarkan oleh panitia pemuda setempat menuju ke home stay tempat saya akan menginap malam tersebut. Sekedar menyusuri beberapa gang kampung, belok kanan di pojokan masjid dan menyusur jalanan tepi desa di pinggiran hamparan tanaman padi, tibalah saya di sebuah pekarangan rumah yang penuh dengan aneka jenis tanaman buah. Ada pisang, jambu, nangka sabrang, dan beberapa jajar pohon kelapa.
Kedatangan saya disambut dengan penuh rasa semanak oleh tuan rumah. Adalah Mas Suharjiyo dan Mbah Somo Dimejo yang hingga larut menjelang jam 11 malam tersebut tetap setia lek-lekan menantikan kedatangan kami. Dari catatan di panitia, sedulur blogger yang dijadwalkan menginap di Suharjiyo Home Stay ada 10 peserta. Pada saat saya datang, sebelumnya telah terlebih dahulu tiba tiga blogger Bojonegoro yang sudah mendengkur di dalam bilik.
Sambil menunggu beberapa sedulur blogger yang belum datang, saya, Mas Harjiyo dan Mbah Somo terlarut dalam obrolan ngalor–ngidul. Awalnya tentu saja kami saling mengenalkan diri, satu sama lain. Obrolan mengenai asal-usul maupun tempat tinggal juga sempat mengisi segmen awal perbincangan di tengah malam yang tenang tanpa cahaya bintang tersebut.
Dalam kesempatan pertama saya sempat bertanya tentang asal-usul Dusun Tembi bisa menjadi kawasan home stay para tamu ataupun wisatawan yang ingin menikmati keramah-tamahan suasana asri di lingkungan padusunan. Menurut penuturan Mas Harji, Tembi mulai berkembang seperti sekarang ini semenjak pencanangan Tembi menjadi satu kesatuan sentra pariwisata GMT pada masa Marzuki Usman menjabat sebagai Menteri Pariwisata.
GMT merupakan kependekan dari Gabusan-Manding-Tembi. Nama dusun yang pertama atau Gabusan, merupakan sentra kerajinan rakyat khas Bantul. Adapun Manding terkenal sebagai daerah pengrajin barang-barang dari kulit, seperti sepatu kulit, tas kulit, jaket kulit, sabuk kulit dan segala serba-serbi dari kulit. Nah setelah para wisatawan berkunjung ke berbagai obyek wisata di kawasan Bantul dan berbelanja kerajinan khas masyarakat setempat, diharapkan mereka akan menginap di Dusun Tembi. Jadi Tembi semenjak awal memang telah dikonsep untuk menjadi dusun yang menawarkan diri dengan puluhan rumah warga yang difungsikan sebagai home stay.
Konsep home stay di Dusun Tembi sebenarnya sangat sederhana, keasrian alam persawahan, ketenangan suasana kampung, lengkap dengan keseharian kaum agraris yang dimilikinya, diharapkan mampu menjadi daya tarik para wisatawan yang kebanyakan diantaranya berasal dari kota ataupun luar negeri. Manusia modern yang tenggelam dalam kesuntukan rutinitas keseharian dalam mencari uang, sudah pasti pada titik tertentu akan merasakan kejenuhan, stagnansi, tekanan jiwa lahir batin, bahkan mungkin juga mengalami stress untuk selanjutnya ingin menyegarkan kembali jiwa raga. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mencoba kembali mendekatkan diri dengan alam dan Tuhan, alias masuk desa dan kampung..
Dengan demikian, menurut pendapat Mas Hardi pribadi, Tembi kurang pas jika disebut sebagai desa wisata karena Tembi hanya memerankan diri sebagai kawasan dusun home stay. RBT, rumah budaya Tembi dirasa kurang pas. Yang seharusnya lebih tepat adalah TRB, Tembi Rumah Budaya dimana dusun tersebut mampu mewadahi dan memberikan kesempatan kepada berbagai grup seni dan budaya untuk terus mengekspresikan pikiran, ide, kreativitas dan karya-karyanya agar mendapatkan apresiasi dari kalangan masyarakat luas, termasuk para wisatawan yang menginap di home stay para warga Tembi.
Ngisor Blimbing, 2 Desember 2013
Suasana tembi memang bisa bikin pikiran jadi tenang dan adem. Dan pengalaman di tembi kemarin sangat mengasyikkan 😀
Salam balatidar
SukaSuka
setuju banget, suasana desa memang senantiasa memompakan aura kedamaian dan ketentraman hati…monggo kembali ke desa!
SukaSuka
semoga suatu waktu,
bisa berkunjung ke tembi lagi 🙂
SukaSuka
iya mas Bro, anak-istri perlu diboyong ke sana, rame-rame lebih oke!
SukaSuka
aku nginep sehari lagi di sana! (ngenteni laundriane garing) wkwkwk
SukaSuka
hayyah, ngenteni laundrine garing po nganu hayo? (nek sing kuwi ojo crito ro Gus Mul lho)
SukaSuka
itu tembi tepatnya alamat lengkapnya dimana mas brow
SukaSuka
Desa Tembi terletak di pinggiran Jalan Parangtritis Km 8,5 mas, kalo dari Jogja sisi kiri jalan….silakan tindak ke sana.
SukaSuka
berarti dari ringroad itu luruss terus ya..thanks mas
SukaSuka
betul mas, ISI maju sedikit….
SukaSuka
yup yup kalo ISI sy tau mas :), thanks mas bro
SukaSuka